Fragmentari Seribu Topeng Meriahkan Pameran Pendidikan Klungkung

3 days ago 4
ARTICLE AD BOX
Saat pementasan berlangsung sempat turun hujan gerimis, namun tidak menyurutkan antusias dan semangat para peserta untuk pentas. Pertunjukan akbar yang digarap kolaboratif ini melibatkan seribuan pelajar dari jenjang PAUD, SD, hingga SMP se-Kabupaten Klungkung.

Tampil dalam empat babak, fragmen ini mengangkat kisah pemutaran Gunung Mandara Giri oleh para Dewa dan Asura demi memperoleh Tirta Amerta (air kehidupan), sebagai simbol perjuangan dalam dunia pendidikan. Pementasan dibuka dengan Babak I, diawali Pemahbah oleh Narator, Dewa Ayu Pudji (Pengawas) yang mengenakan kostum topeng pesta. Dalang Arta dari SMP Negeri 2 Semarapura tampil dengan kostum topeng lengkap dan tapel dukuh tua. Penampilan dilanjutkan dengan Tari Kontemporer oleh delapan orang siswa SMP Negeri 2 Semarapura, pembacaan puisi oleh enam orang, serta Tari Semesta oleh seratus orang dari SMP Negeri 1 Semarapura.

Babak II menampilkan Baleganjur oleh tiga puluh orang dari SMP Negeri 3 Semarapura. Topeng Panca tampil dengan formasi dari tiga wilayah: SMP Kecamatan Dawan (15 orang) keluar dari Timur, SMP Kecamatan Klungkung (20 orang) keluar dari Selatan, dan SMP Kecamatan Banjarangkan (15 orang) keluar dari Barat.

Selanjutnya, hadir Topeng Dalem (1 orang), Topeng Keras (2 orang), Topeng Penasar Wijil (2 orang), Jauk (2 orang), serta Bebondresan yang dimainkan oleh seluruh sisanya. Properti pendukung meliputi dua buah pajeng, dua buah bandrangan, kostum topeng lengkap, kostum bebondresan yang menyesuaikan, topeng pengiring dari tiap SMP (60 orang), topeng kertas, kostum hitam putih, serta senjata janur pesel sesuai contoh.

Babak III menghadirkan Topeng Denawa dari siswa SD, yang terdiri atas 200 topeng kertas dan 100 topeng barong. Penampilan ini dilengkapi dengan kostum hitam putih serta senjata plawa/endong. Penampilan Ogoh-ogoh oleh siswa TK dibagi menjadi tiga wilayah: Dawan (3 ogoh-ogoh digarap oleh 60 orang), Klungkung (4 ogoh-ogoh digarap oleh 80 orang), dan Banjarangkan (3 ogoh-ogoh digarap oleh 60 orang). Properti pendukung meliputi ogoh-ogoh, kostum hitam putih, dan topeng kertas.

Babak IV merupakan bagian penutup yang menyajikan Tari Kontemporer yang membawa tirta amerta. Kain atau gunung akan bergetar dan berputar, sementara Tari Semesta memegang ujung-ujung kain. Topeng Panca dan Topeng Pengiring berputar ke Selatan, sedangkan Topeng Denawa dan Ogoh-ogoh berputar ke Utara. Tari Kontemporer muncul dari tengah gunung membawa tirta amerta, yang kemudian menyiratkan atau memercikkan tirta amerta ke empat penjuru dan ke tengah dengan lis gede.

Adapun kostum Topeng Pengiring SMP dan Topeng Denawa terdiri dari kamen putih, baju putih lengan pendek, staples hitam, celana hitam bebas, saput poleng, serta bunga pucuk merah untuk perempuan dan udeng atau girang untuk laki-laki.

Adapun sinopsis garapan dan makna filosofis, yakni Tirta Amerta dalam ajaran Hindu adalah simbol ilmu dan kehidupan. Pementasan ini menegaskan bahwa seperti perjuangan dalam memperoleh air suci, pendidikan juga menuntut usaha keras, ketekunan, dan kesadaran spiritual. Ilmu yang sejati mampu mengubah cara berpikir, membentuk karakter, dan membebaskan manusia dari awidya (ketidaktahuan).

Topeng dalam tradisi Bali bukan sekadar hiburan, tapi sarat makna simbolik, mencerminkan aspek kehidupan, manifestasi dewa, dan nilai-nilai luhur budaya. Semesta pun digambarkan sebagai harmoni yang harus dicapai melalui keseimbangan antara logika, kreativitas, dan kesadaran-diibaratkan otak kiri, kanan, dan tengah manusia.

Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Kadisdikpora) Klungkung, I Ketut Sujana, mengatakan pementasan kolosal ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang hak dan kewajiban memperoleh pendidikan. “Filosofi dari garapan ini mengajarkan bahwa seperti halnya para Dewa dan Asura yang berjuang memperoleh Tirta Amerta, seluruh warga negara juga wajib dan berhak memperoleh ilmu pengetahuan demi mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Sujana.

Dia menambahkan, pementasan ini menjadi wujud nyata bahwa pendidikan adalah jalan menuju generasi emas Indonesia tahun 2045. “Kami mengajak seluruh masyarakat, khususnya orangtua dan anak-anak, untuk hadir dan menyaksikan semarak Pameran Pendidikan ini. Ini bukan hanya ajang unjuk bakat, tapi ruang ekspresi dan apresiasi atas capaian pendidikan di Klungkung,” tandasnya. Pameran Pendidikan 2025 akan berlangsung hingga Sabtu (17/5) dengan beragam lomba dan atraksi, seperti drumband PAUD, baleganjur SMP, Pentas Bintang, Gebyar PAUD, senam bersama, dan lainnya.

Salah satu agenda spesial adalah Jalan Sehat bertajuk Gebyar PAUD yang diikuti sekitar 500 siswa PAUD bersama orangtua mereka, serta siswa dari jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK. Tak ketinggalan, akan digelar juga Senam Bersama Anak Indonesia Hebat, lomba siswa PAUD yang melibatkan 200 peserta, lomba bleganjur siswa PAUD, serta berbagai hiburan lainnya.

Melalui tema besar Salam DIK (Sehat, Cerdas, Ceria), Disdikpora Klungkung mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menyemarakkan peringatan Hardiknas sebagai momentum mendorong kemajuan pendidikan daerah. "Kami mengajak seluruh masyarakat, khususnya orang tua dan anak-anak, untuk hadir dan menyaksikan semarak Pameran Pendidikan ini. Ini bukan hanya ajang unjuk bakat, tapi juga ruang ekspresi dan apresiasi atas capaian pendidikan di Klungkung," ujar Sujana. Hadir dalam pementasan kemarin Ketua DPRD Klungkung Anak Agung Gde Anom, Sekda Klungkung Anak Agung Gede Lesmana, Bunda PAUD Klungkung Ny Eva Satria, sejumlah kepala OPD, dan undangan lainnya. 7 wan 
Read Entire Article