ARTICLE AD BOX
Sebelumnya, anjing itu dilaporkan menggigit majikannya bernisial IGB, 31. Kasus gigitan itu terjadi saat korban hendak memberikan obat kepada anjingnya yang menunjukkan perubahan perilaku pada Kamis (15/5) lalu.
Namun saat proses pemberian obat, anjing tersebut justru menyerang dan menggigit ibu jari tangan kanan IGB dan langsung memeriksakan diri ke Puskesmas Negara. Keesokan harinya atau pada Jumat (16/5), anjing peliharaannya itu ditemukan mati dan sampel otak anjing tersebut segera dikirimkan ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar untuk pengujian lebih lanjut.
Hasil pemeriksaan yang keluar pada Senin (19/5) pagi mengkonfirmasi bahwa anjing tersebut positif terinfeksi virus rabies. Sebelum keluar hasil sampel itu, IGB sendiri dipastikan telah mendapat suntikan vaksin anti rabies (VAR) pada Jumat (16/5).
"Korbannya sudah ditangani dari Dinas Kesehatan. Yang bersangkutan dipastikan sudah diberikan VAR I, dan dijadwalkan akan mendapat VAR II dan III," ungkap Plt Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) pada Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Jembrana drh I Gede Putu Kasthama, Senin kemarin.
Menyusul temuan kasus terbaru itu, Distanpangan Jembrana berencana untuk menjadwalkan vaksinasi emergency atau vaksinasi darurat rabies di sekitar lokasi kejadian. Sementara saat ini, Kasthama mengungkap bahwa tim vaksinasi juga masih memfokuskan vaksinasi massal rabies di beberapa desa zona merah rabies yang berada di wilayah Kecamatan Mendoyo.
"Jadwal vaksinasi massal saat ini masih berjalan di zona merah tahun 2024. Mengenai ketersediaan stok vaksin, saat ini masih dalam kondisi aman," jelas Kasthama yang secara definitif menjabat Kabid Peternakan pada Distanpangan Jembrana ini.
Lebih lanjut, Kasthama memaparkan data bahwa hingga bulan Mei 2025, total sampel HPR yang telah diuji mencapai 72 sampel. Dari jumlah tersebut, 47 sampel dinyatakan positif rabies, sementara 25 sampel menunjukkan hasil negatif. Kecamatan Mendoyo menjadi wilayah dengan jumlah kasus gigitan positif rabies tertinggi, yaitu sebanyak 23 kasus.
Saat ini, Kastahama mengatakan, akan merubah pola pergerakan tim vaksinasi rabies yang sebelumnya disebar secara bersamaan ke beberapa wilayah. Pola itu dinilai kurang efektif untuk mengejar capaian 80 persen vaksinasi dari total estimasi HPR di satu wilayah yang dapat membentuk kekebalan kelompok.
Polanya akan diubah dengan memfokuskan vaksinasi di satu wilayah dan akan dilanjutkan ke wilayah lain setelah tercapai 80 persen vaksinasi. "Itu akan kita ubah agar lebih efektif. Walaupun sumber daya terbatas, kita berusaha atur agar bisa tercapai 80 persen, baru pindah ke tempat lain. Sekarang ini para dokter hewan tidak ada di kantor. Semua di lapangan. Apalgi nanti kita juga harus laksanakan kembali vaksinasi PMK (penyakit mulut dan kuku)," ucap Kastahama.
Dengan pola itu, Kasthama berharap vaksinasi terhadap 80 persen populasi HPR se-Jembrana bisa tercapai di tahun 2025 ini. Sementara hingga saat ini, cakupan vaksinasi yang berhasil dicapai baru sekitar 17 persen. "Target 80 persen vaksinasi ini juga sangat membutuhkan dukungan aktif dari masyarakat. Ini pun sangat penting agar risiko penyebaran rabies dapat dikendalikan secara efektif," tegas Kasthama.
Kastahama menambahkan, juga ada mengeluarkan imbauan kepada seluruh Tim Siaga Rabies (Tisira) di masing-masing desa/kelurahan se-Jembrana untuk bersama-sama membantu optimalisasi capaian vaksinasi rabies tesebut. Begitu juga diharapkan membantu pendataan populasi HPR di wilayahnya dan terus mengajak seluruh masyarakat Jembrana untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya rabies.
Apabila terjadi kasus gigitan HPR, masyarakat diminta untuk segera melakukan langkah pertolongan pertama dengan membersihkan luka menggunakan sabun dan air mengalir selama 10 hingga 15 menit. Selanjutnya segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.
"Jangan menunda, apalagi menganggap remeh. Sekecil apapun lukanya, segera dibersihkan dan pergi ke fasilitas kesehatan terdekat," ucap Kasthama.7ode