Ketut Sepot 17 Tahun Manfaatkan Kotoran Babi Jadi Biogas

4 hours ago 3
ARTICLE AD BOX
Ketut Sepot menceritakan awal mula mengubah kotoran babi menjadi biogas sejak tahun 2008. Berawal mendengar kabar tetangga kampungnya memanfaatkan kotoran babi untuk memasak. Berangkat dari rasa penasaran, dia pun belajar langsung ke tetangganya itu. 

"Saya dengar pertama dari tetangga, kok aneh kotoran bisa dinyalakan jadi bahan bakar untuk dapur. Saya penasaran lalu tengok lokasi ternyata cepat juga masaknya. Saya tertarik belajar," ungkapnya saat menerima kunjungan peserta 'Jelajah Energi Bali' bersama Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Kota Denpasar di rumahnya, Selasa (20/5) sore.

Setelah belajar, Ketut Sepot langsung membuat bak penampungan kotoran babi di dekat rumahnya. Bak kedalaman 2 meter, panjang 2,5 meter, dan lebar 1,5 meter itu menjadi penampungan kotoran 6 ekor babi peliharaannya. Kotoran babi diolah jadi biogas. Gas yang disambungkan ke kompor berhasil menyala. "Saat awal, kotoran babi saya angkut secara manual. Jadi, tiap hari bersihkan kandang babi dan kotorannya diendapkan di bak ini. Baru setelah itu mendapatkan biogas," imbuhnya.

Seiring berjalannya waktu, Ketut Sepot terus membenahi bak dan sistem pengendapan serta proses penyaluran kotoran. Dia berhasil menyambungkan pipa secara langsung dari kandang. Proses itu pun lebih efisien dan api yang dihasilkan juga lebih baik. "Kalau dulu posisinya sejajar dengan kandang, jadi kewalahan ambil kotorannya. Sekarang sudah pindah babinya di atas dan kotorannya langsung masuk lubang. Sistemnya lebih baik dan hasilnya juga optimal," ungkapnya.

Dengan memanfaatkan bak ukuran seadanya itu, dia bisa menghidupkan 2 kompor. Kompor non stop selama 1,5 jam menyalakan kompor. Waktu pengisian sekitar 30 menit. "Ada alat pengukur yang memantau gas. Kalau masak bisa non stop 1,5 jam dan tidak ada aroma. Semuanya sudah aman. Kalau habis, tunggu sekitar 30 menit, setelah itu digunakan lagi," jelasnya.

Ketut Sepot mengaku belum bisa menyalurkan biogas ke tetangganya karena keterbatasan bak untuk menampung kotoran. Pekerjaan awal buat bak penampungan dan lainnya butuh biaya sekitar Rp 15 juta. Dia mengakui ada beberapa kendala, seperti mampet pada penyaluran kotoran ke bak serta kotoran penuh. "Pengerukan tiga bulan sekali. Kotoran hasil endapan digunakan untuk pupuk. Semuanya bermanfaat," tegas Ketut Sepot. 7 dar
Read Entire Article