ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan bahwa kemandirian energi dengan energi bersih bagi Pulau Bali adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Gubernur Koster yakin dalam lima tahun mendatang hal itu dapat terwujud dengan adanya dua pembangkit baru masing-masing bertenaga 450 MW dan terus bertumbuhnya pemakaian PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) Atap.
Hal ini disampaikan Gubernur Koster dalam acara Sosialisasi Bali Mandiri Energi melalui Percepatan Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang Ramah Lingkungan di Provinsi Bali bertempat di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar, Kamis (15/5).
Gubernur mengungkapkan, PLN akan membangun dua pembangkit listrik bertenaga gas di Bali dengan total kapasitas 900 MW. Bahkan PLN juga menjanjikan tambahan kapasitas 200 MW, sehingga dalam lima tahun mendatang terdapat pembangkit baru dengan kapasitas 1.100 MW. Jika ditambahkan dengan kapasitas pembangkit yang melayani Bali saat ini sebesar 1.400 MW maka total Bali akan memiliki cadangan listrik sebesar 2.500 MW. Sementara kebutuhan listrik harian Bali saat ini mencapai hampir 1.200 MW dengan pertumbuhan tahunan mencapai 14-16 persen per tahun.
“Bali mandiri energi itu tekad, prinsipil, dan nggak bisa ditawar. Bali merupakan destinasi wisata utama dunia yang memerlukan ketersediaan energi secara berkelanjutan yang bisa dikontrol oleh otoritas yang ada di Bali,” ujar Gubernur Koster di hadapan peserta sosialisasi. Gubernur Koster mengatakan Bali sangat riskan mengalami pemadaman listrik total seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Karena itu pembangunan pembangkit baru di Bali harus dipercepat, dan lebih dari itu harus ramah lingkungan.

Direktur Utama PLN Icon Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi. –IST
Untuk mencapai itu, selain mengandalkan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), Bali juga tengah concern membangun PLTS Atap. Di awal, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali akan meminta kantor-kantor pemerintahan, hotel, mal, rumah sakit, bank, dan kantor layanan publik lainnya serempak mengaplikasikan PLTS Atap di gedung masing-masing. Untuk mempercepat penggunaan PLTS Atap maka Gubernur Koster telah bekerja sama dengan PLN Icon Plus yang merupakan anak perusahaan dari PLN.
Dikatakan Gubernur Koster, melalui kerja sama ini, PLN Icon Plus akan menyediakan solusi end-to-end penyediaan panel, pemasangan PLTS atap, termasuk perencanaan teknis, instalasi, hingga pemeliharaan. Sementara Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen untuk memberikan kemudahan perizinan dan dukungan regulasi guna memastikan kelancaran implementasi di lapangan. “Di periode saya yang kedua ini saya tidak bisa santai lagi, saya harus bergerak cepat dan segera bertindak. Saya ingin Bali menjadi contoh dalam transisi energi di Indonesia. Dan PLTS atap adalah salah satu cara paling realistis dan cepat, karena Bali benar-benar perlu mandiri energi agar tidak terjadi black out lagi seperti sebelumnya,” ucapnya.
Menurutnya kebijakan pembangkit listrik ramah lingkungan sejalan dengan visi Pemprov Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pembangunan yang berorientasi pada energi bersih, hijau, dan berkelanjutan. Sejumlah regulasi pun telah diterbitkan, yakni Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 48 Tahun 2019 tentang Penggunaan Energi Surya Atap. Pemprov Bali juga telah menerapkan kewajiban pemanfaatan PLTS atap di gedung-gedung milik pemerintah dan fasilitas umum lainnya.
“Bali mandiri energi tidak bisa ditawar lagi. Ini soal kedaulatan dan masa depan pulau kita yang notabenenya tidak memiliki sumber daya alam batubara ataupun migas lainnya. Salah satu solusi nyata yang bisa segera dilakukan adalah pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap secara masif,” ujar Gubernur Koster.
Untuk tahap awal, implementasi PLTS atap akan dilakukan secara bertahap, dengan memprioritaskan bangunan atau lokasi yang sudah siap. Gubernur Koster menargetkan kapasitas terpasang sebesar 100 megawatt pada tahun ini. "Ya, tentu nggak bisa serta-merta sekalian. Yang siap dulu, dicek dulu bangunannya, segala macam. Paling nggak, kalau bisa tahan dulu bisa 100 megawatt," ujarnya. Ia berharap kesadaran masyarakat dan pelaku usaha terhadap manfaat energi surya dapat tumbuh dengan sendirinya. Selain lebih hemat biaya, PLTS atap dinilai lebih andal dibandingkan sistem pembangkit terpusat.
Dengan pertumbuhan konsumsi listrik Bali yang mencapai 14%-16% per tahun, Koster menilai pembangkit konvensional tak lagi cukup. Karena itu, ia menyebut Bali akan menjadi prioritas implementasi PLTS atap secara nasional. "Itulah sebabnya PLN memberikan prioritas untuk PLTS atap ini. Prioritasnya Bali mau diselesaikan dulu, baru ke daerah lain. Bali dijadikan contoh, kan keren," pungkasnya.
Sementara Direktur Utama PLN Icon Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi menyambut positif kolaborasi dengan Pemprov Bali dan menyatakan kesiapan perusahaan dalam mendukung visi energi bersih Bali. “Kami siap menjadi mitra strategis Pemprov Bali dalam memperluas akses dan penggunaan PLTS Atap demi masa depan energi yang berkelanjutan,” ujarnya. Selain sebagai upaya menghadapi krisis iklim dan mengurangi ketergantungan energi fosil, program ini juga diharapkan menciptakan lapangan kerja hijau serta mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis energi bersih. Dalam sosialisasi kemarin dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten/Kota se-Bali, Direktur PLN Bali, Perwakilan Hotel, Mall, Vila dan Rumah Sakit se-Bali. 7 adi