Dorong Gairah Sastrawan Bali untuk Berkarya

7 hours ago 3
ARTICLE AD BOX
Putri Koster ingin mendorong gairah para penggiat sastra dalam berkarya.

Tujuh buku yang diluncurkan yaitu ‘Sastra dan Telaah Aplikatif’ karya Prof Dr Gde Artawan, ‘Jayaprana Layonsari’ karya Putu Satria Kusuma, serta ‘Kumpulan Puisi Nol Negeri Tanpa Langit’ yang ditulis oleh I Gede Pandega Wirasabda. Selanjutnya, Dewa Sarjana menyumbangkan karya cerpen berjudul ‘Bulan Magantung’.  Selain itu, terdapat ‘Alia Tahu Semua Dosa Laki-Laki’ karya Ni Komang Yuni Lestari, ‘Antologi Puisi Sukasada, Tanah, dan Daun-Daun Subur Puisi’ karya Made Edy Arudi. Terakhir, diluncurkan pula buku ‘Sekelumit Sejarah Teater Angin’ yang ditulis oleh tiga penulis perempuan, yakni I Gusti Ayu Putu Rasmini, Suniastiti, dan Dewi Parwati.

Putri Koster mengapresiasi semangat para penggiat sastra dalam menuangkan ide dan gagasan hingga menjadi sebuah buku. Secara khusus, ia memberikan pujian kepada Ni Komang Yuni Lestari, penyandang tuna netra penulis buku Alia Tahu Semua Dosa Laki-Laki. 

“Adik kita Komang Yuni, walaupun tidak bisa secara langsung melihat dunia, tetapi Ibu yakin keindahan hatinya melebihi itu sehingga tercipta karya sastra yang mampu mencerahkan kita,” ujar Putri Koster.

Apresiasi juga disampaikan kepada tiga perempuan tangguh penulis buku Sekelumit Sejarah Teater Angin. “Demikian pula penekun sastra lainnya yang berhasil merampungkan karya menjadi sebuah buku,” ujarnya sembari menyampaikan bahwa ia selalu tertarik pada mereka yang giat menulis. 

Menurutnya, tulisan yang berhasil dibukukan merupakan suatu kebanggaan. Kebanggaan itu pula yang ia rasakan ketika berhasil menyelesaikan lima buku antologi puisi yang merangkum hasil karyanya. Ia berpendapat, sebuah buku dapat mewakili kecerdasan seseorang. “Ketika kita memberi kenang-kenangan berupa buku, nilainya melebihi uang, emas, dan lainnya. Karena ada titipan pesan di dalamnya,” ucapnya lagi.

Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk mengapresiasi para penulis dengan membiasakan membeli karya mereka saat menghadiri acara sastra. Perempuan yang dikenal sebagai penyair mantra ini menegaskan bahwa membeli buku tidak akan membuat seseorang jatuh miskin. “Mari kita budayakan, datang ke acara sastra, minimal beli satu buku. Karena dengan demikian, kita telah membuka jendela dunia,” ajaknya.

Putri Koster menyampaikan bahwa dalam lingkup yang lebih luas, Pemprov Bali memberikan apresiasi kepada penekun sastra melalui event Festival Seni Bali Jani (FSBJ). “Ini program penyeimbang karena sebelumnya ada PKB yang memang ditujukan untuk pelestarian seni tradisional,” ungkapnya sambil menambahkan bahwa FSBJ kini telah dipayungi oleh peraturan daerah. Sebagai bagian dari program literasi, FSBJ juga akan menyediakan ruang pameran khusus bagi karya sastra.

Tak hanya itu, perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Dekranasda Bali ini mengungkapkan gagasan untuk menggelar Bali International Book Fair. “Ketika pameran buku internasional ini digelar di Bali, saya harap buku karya penulis lokal yang lebih banyak dipamerkan. Jangan sampai didominasi penulis dari luar,” harapnya.adi
Read Entire Article