ARTICLE AD BOX
Perlengkapan upacara sebagai wujud syukur atas hasil bumi ini secara tradisional pirantinya terbuat dari ambu atau janur enau. Namun, di daerah perkotaan, bahan ini sukar ditemukan. Kalaupun ada, harganya berkali lipat janur kelapa dan hiasan penjor jadi dari daun lontar.
Karena alasan ekonomis dan kepraktisan, mayoritas umat Hindu di Bali sekarang ini memilih bahan penjor jadi dari daun lontar. Produk kerajinan ini cukup mudah ditemukan di pinggir jalan ibukota menjelang Galungan, seperti di Bale Bali Penjor di Jalan Kepundung, Denpasar.
Usaha milik Made Mangku Budiarta, 40, ini menyediakan berbagai bahan perlengkapan penjor mulai dari bambu, hiasan jadi berbahan daun lontar, janur kelapa, sampai sanggah penjor. Namun, kata dia, bisnis penjor tahun ini tidak seoptimis tahun-tahun sebelumnya.
“Lumayan lah, tapi ada penurunan dibandingkan tahun lalu karena ekonomi orang juga lagi turun,” beber Budiarta ketika ditanya jumlah pesanan penjor jadi dari warga kota yang masuk ke Bale Bali Penjor.
Budiarta menolak mengungkap jumlah detail pesanan penjor jadi yang masuk tahun ini. Namun, ia menegaskan, angkanya tidak sesignifikan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai ratusan.
Berkurangnya minat warga kota memesan penjor jadi disinyalir akibat bahan baku penjor mengalami kenaikan. Kata Budiarta, harga bahan baku lontar naik 100 persen. Sedangkan, produknya seperti bahan penjor, naik sekitar 50 persen.
“Terjadi kelangkaan di bahan baku yang didatangkan dari Madura (Jawa Timur) dan Sumba (NTT). Penyebabnya karena cuaca, musim hujan belakangan ini dan hari raya yang berdekatan seperti Nyepi dan sekarang Galungan,” ungkap Budiarta kepada NusaBali.com, Jumat (18/4/2025).
Selain jadi bahan penjor, permintaan daun lontar di Bali juga terserap ke rumah tangga dan usaha penjualan sesajen. Daun lontar yang kering dan tidak mudah busuk jadi alasan sesajen di Bali mulai beralih menggunakan daun lontar. Tidak ayal, datangnya hari raya akan dibarengi kenaikan permintaan daun lontar.
Kenaikan harga bahan baku daun lontar ini turut dirasakan konsumen Wayan Gede Dwi Antara, 41. Kata pria asal Banjar Bun, Kelurahan Dangin Puri, Denpasar ini, ia harus merogoh kocek lebih dalam untuk mempersiapkan penjor jelang Hari Raya Galungan kali ini.
“Tahun lalu saya habis Rp 400.000 untuk perlengkapan penjor. Sekarang bisa lebih dari Rp 500.000 karena harga janur dan kelapa sedang naik,” beber Antara kepada NusaBali.com di Bale Bali Penjor, Jumat siang.
Kata Antara, ia menghabiskan Rp 440.000 untuk membeli beberapa bahan penjor. Di antaranya seperti hiasan berupa gelung/kolong-kolong, sampian penjor, gantungan padi, jerami untuk menusuk janur, dan sanggah penjor. Ini belum termasuk janur, kelapa, bambu, dan perlengkapan penjor lainnya.
“Belum saya beli janur yang satu pelepah itu paling murah Rp 40.000, saya perlu dua. Terus, beli kelapa yang sekarang lagi mahal, harganya Rp 20.000 satu butir,” tegas Antara.
Meski harga bahan upacara naik, Antara mengaku ikhlas lantaran pengeluaran ini dilakukan untuk beryadnya. Juga, demi kasukertan jagat raya dan jagat kecilnya yakni rumah dan keluarga. *rat
Karena alasan ekonomis dan kepraktisan, mayoritas umat Hindu di Bali sekarang ini memilih bahan penjor jadi dari daun lontar. Produk kerajinan ini cukup mudah ditemukan di pinggir jalan ibukota menjelang Galungan, seperti di Bale Bali Penjor di Jalan Kepundung, Denpasar.
Usaha milik Made Mangku Budiarta, 40, ini menyediakan berbagai bahan perlengkapan penjor mulai dari bambu, hiasan jadi berbahan daun lontar, janur kelapa, sampai sanggah penjor. Namun, kata dia, bisnis penjor tahun ini tidak seoptimis tahun-tahun sebelumnya.
“Lumayan lah, tapi ada penurunan dibandingkan tahun lalu karena ekonomi orang juga lagi turun,” beber Budiarta ketika ditanya jumlah pesanan penjor jadi dari warga kota yang masuk ke Bale Bali Penjor.
Budiarta menolak mengungkap jumlah detail pesanan penjor jadi yang masuk tahun ini. Namun, ia menegaskan, angkanya tidak sesignifikan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai ratusan.
Berkurangnya minat warga kota memesan penjor jadi disinyalir akibat bahan baku penjor mengalami kenaikan. Kata Budiarta, harga bahan baku lontar naik 100 persen. Sedangkan, produknya seperti bahan penjor, naik sekitar 50 persen.
“Terjadi kelangkaan di bahan baku yang didatangkan dari Madura (Jawa Timur) dan Sumba (NTT). Penyebabnya karena cuaca, musim hujan belakangan ini dan hari raya yang berdekatan seperti Nyepi dan sekarang Galungan,” ungkap Budiarta kepada NusaBali.com, Jumat (18/4/2025).
Selain jadi bahan penjor, permintaan daun lontar di Bali juga terserap ke rumah tangga dan usaha penjualan sesajen. Daun lontar yang kering dan tidak mudah busuk jadi alasan sesajen di Bali mulai beralih menggunakan daun lontar. Tidak ayal, datangnya hari raya akan dibarengi kenaikan permintaan daun lontar.
Kenaikan harga bahan baku daun lontar ini turut dirasakan konsumen Wayan Gede Dwi Antara, 41. Kata pria asal Banjar Bun, Kelurahan Dangin Puri, Denpasar ini, ia harus merogoh kocek lebih dalam untuk mempersiapkan penjor jelang Hari Raya Galungan kali ini.
“Tahun lalu saya habis Rp 400.000 untuk perlengkapan penjor. Sekarang bisa lebih dari Rp 500.000 karena harga janur dan kelapa sedang naik,” beber Antara kepada NusaBali.com di Bale Bali Penjor, Jumat siang.
Kata Antara, ia menghabiskan Rp 440.000 untuk membeli beberapa bahan penjor. Di antaranya seperti hiasan berupa gelung/kolong-kolong, sampian penjor, gantungan padi, jerami untuk menusuk janur, dan sanggah penjor. Ini belum termasuk janur, kelapa, bambu, dan perlengkapan penjor lainnya.
“Belum saya beli janur yang satu pelepah itu paling murah Rp 40.000, saya perlu dua. Terus, beli kelapa yang sekarang lagi mahal, harganya Rp 20.000 satu butir,” tegas Antara.
Meski harga bahan upacara naik, Antara mengaku ikhlas lantaran pengeluaran ini dilakukan untuk beryadnya. Juga, demi kasukertan jagat raya dan jagat kecilnya yakni rumah dan keluarga. *rat