Olahan Penyu Jadi Menu Spesial, BKSDA Bali Sulit Membuktikan

1 month ago 8
ARTICLE AD BOX
Hal ini diungkapkan Kepala BKSDA Bali Ratna Hendratmoko saat menghadiri acara pelepasliaran penyu selundupan hasil tangkapan Polres Jembrana di pantai Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Selasa (18/3). Hendratmoko mengatakan, bahwa penyu-penyu selundupan ini sudah pasti akan diperjualbelikan untuk konsumsi.

Dia menyebutkan perdagangan ilegal penyu ini, intinya masih terjadi karena ada permintaan pasar. “Yang jelas karena masih ada yang mengkonsumsi daging penyu ini. Itu hal pertama yang paling mendasari sehingga perdagangan ilegal penyu ini masih tetap terjadi,” kata Hendratmoko.

Menurut Hendratmoko, pihaknya juga sudah berusaha menelusuri para terduga pedagang olahan daging penyu. Dia mengungkap bahwa daging penyu yang biasa diolah menjadi sate dan lawar ini dijual secara sembunyi-sembunyi. Bahkan dinyatakan seperti menu spesial yang tidak selalu tersedia dan tidak tercantum di buku menu.

“Mereka sembunyi-sembunyi. Menu olahan daging penyu ini tidak selalu tersedia dan tergantung suplai (ada tidaknya pasokan penyu). Kami telah mengidentifikasi tempat-tempat yang diduga menjual menu ini, tetapi pembuktiannya sangat sulit karena sifatnya yang tertutup,” ucap Hendratmoko.

Terkait pemasok, Hendratmoko mengatakan, dari pengungkapan beberapa kasus sebelumnya, penyu-penyu yang diperdagangkan ke Bali didatangkan dari Jawa. Selama ini, pemasok biasanya mengirim penyu pada waktu malam hari ataupun dini hari dan ditempatkan di pinggir pantai. Kemudian penyu yang biasanya sudah terikat itu pun akan diambil oleh oknum penyalur dan didistribusikan ke penjual olahan daging penyu. 

Hendratmoko menyatakan, pihaknya dari BKSDA Bali akan terus berupaya mengidentifikasi jaringan pemasok dan pemesan. Namun dia menekankan bahwa cara yang paling ampuh untuk memberantas perdagangan ilegal ini adalah dengan stop mengkonsumsi daging penyu. 

“Kami mengajak masyarakat untuk tidak mengonsumsi olahan daging penyu. Ada banyak makanan lain yang lebih lezat dan tidak membahayakan kelestarian satwa yang dilindungi ini. Ini yang paling penting,” tandas Hendratmoko. 7 ode
Read Entire Article