Wisatawan Wajib Paham Tata Krama Bali

5 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali 
Sulit disangkal budaya Bali merupakan daya tarik utama pariwisata Bali. Saking menariknya, para pelancong atau wisatawan asing yang datang menyebut Bali sebagai Pulau Surga. Namun, jumlah kunjungan yang terus meningkat justru mengancam inti pariwisata itu sendiri. Apa pun adanya, wisatawan wajib memahami tata krama budaya Bali. 

Sejumlah kasus pelanggaran oleh turis asing mencuat ke publik, mulai dari berpose tidak sopan di tempat suci, melanggar aturan lalu lintas, sampai bekerja secara ilegal tanpa izin. Hingga September 2024, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bali mencatat setidaknya 412 warga negara asing telah dideportasi karena berbagai pelanggaran tersebut.

Fenomena ini tidak hanya mencoreng citra Bali sebagai destinasi berbudaya, tetapi juga menimbulkan ketegangan sosial antara penduduk lokal dan wisatawan. Kondisi ini memperkuat urgensi akan perlunya sistem tata krama wisatawan yang terstruktur, edukatif, dan berbasis nilai-nilai budaya lokal sebagai upaya menjaga keharmonisan antara masyarakat Bali dan pengunjungnya.

"Jika tidak ditangani dengan serius kita berisiko kehilangan nilai luhur yang justru menjadi daya tarik utama pariwisata Bali," ujar siswi SMA Negeri 1 Bebandem, Karangasem Ni Putu Yunda Marsya Putri,  dalam Dialog Kebijakan #2 Wikithon Partisipasi Publik - Wisya Wisata, di Kantor Balai Bahasa Provinsi Bali, Jalan Trengguli, Denpasar, Rabu (7/5). 

Putu Yunda menjadi salah satu pemenang Wikithon Partisipasi Publik - Widya Wisata. Kompetisi pendapat singkat dan infografis yang diselenggarakan BASAbali Wiki pada 18 Februari hingga Maret 2025, yang membahas mengenai 'Bagaimana cara mendetoksifikasi racun overtourism di Bali?'. Kompetisi ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam membahas isu-isu sosial yang ada di sekitar mereka, serta mendorong pemuda untuk menyuarakan ide dan solusi yang implementatif.

Setelah menerima ratusan masukan dari pemuda di Bali, kompetisi Wikithon Partisipasi Publik - Wisya Wisata dilanjutkan dengan tahap Dialog Kebijakan. Salah satu yang disimpulkan adalah pengembangan Tata Krama Wisata Bali yang edukatif, partisipatif, dan berbasis budaya lokal. Tata krama ini berpijak pada nilai-nilai Tri Hita Karana, dengan fokus pada Parahyangan (menghormati tempat suci dan adat) serta Pawongan (menghargai masyarakat lokal), sebagai panduan perilaku wisatawan dalam menjaga keharmonisan antara manusia dengan Tuhan dan sesama. 

Setiap poin dalam Tata Krama Wisata Bali merupakan wujud penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan masyarakat Bali. Kepatuhan wisatawan terhadap tata krama ini akan membantu menjaga tatanan sosial dan spiritual lokal, sekaligus mendorong terwujudnya pariwisata yang lebih tertib, sadar, dan
berkelanjutan.

Adapun tata krama yang disepakati, yaitu pertama  menghormati atribut dan ritual keagamaan, tidak memasuki area suci kecuali untuk tujuan persembahyangan, dan tidak sedang menstruasi. Kedua, berpakaian sesuai dengan tempat, waktu, dan konteks acara sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan Bali.

BASAbali Wiki akan mengajak para pemuda untuk mengimplementasikan langsung gagasan yang telah dirumuskan bersama, salah satunya dengan menggunakan platform digital seperti media sosial melibatkan para content creator. Inisiatif ini rencananya mulai diterapkan di tiga wilayah pariwisata Bali, yaitu Ubud, Canggu, dan Sanur.

"Diharapkan Wikithon ini tidak hanya menjadi kompetisi yang biasa-biasa saja tapi kompetisi yang todak berhenti pada gagasan tapi juga mendorong sampai ke level implementasi," ujar Ketua Dewan Pembina Yayasan BASAbali Wiki Drs I Gde Nala Antara MHum. 

Budayawan yang juga panglingsir Puri Ubud Tjokorda Raka Kerthayasa (Tjok Ibah) turut memantik diskusi yang dihadiri pemuda dan unsur pentaheliks. Tjok Ibah  menyampaikan awal Bali menjadi destinasi wisata dunia. Menurut kesaksiannya di masa muda, tahun 1970an, para pelancong yang datang ke Bali tertarik karena keunggulan dan keunikan budaya Bali. Para pelancong itu memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada budaya Bali. Mereka, para turis itu, merupakan para penulis, pecinta seni, dan peneliti budaya. 

Tjok Ibah mengatakan, sikap orang Bali yang ramah terhadap setiap tamu yang datang juga telah memikat hati orang asing. Wisatawan asing antusias menyaksikan dan mendengar filosofi di balik setiap tradisi seperti kesenian dan ritual keagamaannya.

"Bahkan ada (wisatawan) yang ingin abu jenazahnya dihanyutkan di Tukad Campuhan (Ubud)," ujar Tjok Ibah yang juga pelaku pariwisata ini. 

Tjok Ibah mengatakan, pariwisata Bali telah berkembang menjadi industri yang masif. Jutaan orang asing yang datang ke Bali berasal dari beragam latar belakang. 

Menurutnya, oknum wisatawan yang bertindak tidak pantas di sekitar kawasan suci sebagian disebabkan ketidaktahuan mereka terhadap budaya Bali. Oleh karena itu, pemuda Bali agar ikut menyebarluaskan tata krama berwisata di Pulau Dewata. "Wisatawan yang berperilaku (nakal) jelas kurang informasi mengenai budaya Bali," ujarnya. 

Tjok Ibah mengingatkan generasi muda untuk bangga dan menjaga budayanya. Dia mengingatkan bahwa budaya Bali bukan hanya sekadar komoditas pariwisata, namun yang lebih penting adalah identitas orang Bali itu sendiri. Tanpa itu Bali akan kehilangan jati diri dan berujung kehilangan daya tarik yang selama ini memikat wisatawan.7adi
Read Entire Article